Jepara -Town of 3 Ladies

Jepara town, with the 3 legendary Ladies : 
1.R.A. Kartini, 2.Ratu Kalinyamat, 3. Ratu Shima.
A resource area with 3 strong resources of SME scale Industries of :
Wooden furniture & carving , Woven fabrics,  Wickers rattan & Synthetic.
A Town that brought the 3 spectacular men :
1.Karebet-Joko Tingkir-Sultan Hadiwijoyo.Pajang-Pengging 2.Danang Sutowijoyo-Sultan Agung Pakubhuwono-I, Mataram, 3. JokoPring-Mandor Klungsu-RMP Sosrokartono.
A town that Once was a big Opium-producers that been used into Manchu-empire (now: China),
Conquering Manchurian At the colonial era known as "Invasion of 8 countries to Ching-empire".

And many more amazing things and issues from Jepara-Gulf town,  Discovery it... read more
Ki Sarip 
The Author    
---------------------------


3 Legendary Ladies from Jepara


1. R.A. Kartini  (1879-1904)

National Hero in 'Women Emancipation' in Java-Indonesia.
Born in Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – 
RIP at  Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904, age of 25). 
Graduate ELS Europeesche Lagere School .
Daughter of  Regent(java=Bupati)Jepara  and  Wife of Regent Rembang. 
Sister of  the blessingman R.M.P. Sosrokartono .
Promoting 
-'Education for women' against gender discrimination at Orthodox traditional era.
- Revitalizing Wooden-carvings skill as the heritage of Jeparanese men.
- Pertaining the Batik-painting  handcrafts among the women as  traditional- fabrics. 


Her Noble Thinking : 

• Betapa besar bedanya bagi bangsa Indonesia bila "perempuan dididik baik-baik". Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan sangat, supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa behagia baginya (wanita) (Suratnya kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)

• Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah 'Kasih Sayang'. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.” (Surat kepada Ny Abendanon dari Kartini, 14 Desember 1902).