Jepara-Indonesia
Kabupaten Jepara di Jawa-Tengah, Indonesia. Taman Laut Nasional "Karimun-Jawa", Musium "R.A.Kartini" pahlawan Emansipasi Wanita, Kota-Ukir kayu, Sentra "industri-mebel-Jati", PLTU Tanjung Jati, Pusat Benur Budidaya Air Payau BBPBAP, Bumi "Ratu Kalinyamat", Kalingga "Ratu Shima" Keling. "Puncak-29" Rahtawu. Suatu sampling masyarakat-desa di pantai utara Pulau-Jawa. sebagai indikator kondisi Kehidupan di Indonesia era Pemerintahan kini.
Senin, 06 Maret 2017
Pengertian Surga
Man akhirul kalamihi la illah haillallah da chollal jana
Pengendalian kalam(pola pikir) dengan kesadaran tinggi dilandasi iman tauhid atas takdir Illahi inilah jalan masuk ke Jana(Surga). Jadi surga adalah suatu keadaan alam pikir kesadaran seseorang yang bukan suatu tempat, wujud atau kebendaan. melainkan keadaan kedamaian dan ketentraman hati berdasar ikhlas atas ridho Allah, itulah jalan menuju Surga.
baca selengkapnya di JAGONG JERO
Jumat, 02 Agustus 2013
Kamis, 18 Juli 2013
Misteri dibalik kematian RA Kartini
reblog from http://forum.viva.co.id/sejarah/1060672-misteri-terselubung-dibalik-wafatnya-ra-kartini.html by kittys http://forum.viva.co.id/users/586663
Kartini adalah pahlawan Nasional SK Presdien RI (Ir. Soekarno) No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. SK tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menunai banyak kontroversi. Banyak latar yang mempertanyakan bahwa nilai kepahlawanannya tidak lepas dari politik etis zaman Belanda. RA kartini merupakan wanita berdarah biru, cerdas, pemberani, dan kurang menyukai hal-hal yang bersifat seremonial. Dia menentang perihal yang bersifat feodalism kerajaan maupun kolonial. Dan sangat memperhatikan nasib bangsa bumipertiwi khususnya kaum wanita dibidang pendidikan. Karena ia berpikir, hanya melalui pendidikan rakyat Indonesia lepas dari perbudakan kolonial penjajahan dan keratonism. Yakni sebuah pemikiran yang jarang dimiliki oleh putra bangsa —apalagi wanita— seperti Kartini.

Sehingga nasehat Hugrogonje, orang seperti kartini harus didekati, karena pola pemikirannya sangat berbahaya bagi sistem kolonial Hindia Belanda. Maka dari itu JH Abendanon, Menteri Pendidikan penjajahan kala itu di zaman Kartini berupaya mendekati Kartini dari sudut pemikiran.
Pemikiran-pemikiran Kartini yang sedemikian berani, kritis, sistemik terlihat dari berbagai surat-surat dan artikel yang sudah menyebar di majalah-majalah wanita Eropa harus didampingi oleh orang Belanda agar tidak keluar dari visi penjajahan kerajaan belanda di Hindia Belanda. Khususnya pemikiran tentang gugatan emansipasi di zaman yang sudah mendunia kala itu bahwa pemikiran tentang kewanitaan sangat mengagetkan wanita-wanita Eropa. Penjajahan tidak hanya feodalisme dan kapitalis dunia, akan tetapi diskriminasi terhadap kaum wanita di seluruh dunia bisa dikatakan — bagi kaum wanita— merupakan era penjajahen gender, bahkan untuk negara penjajah sendiri seperti Belanda dan Eropa lainnya, kaum wanita merasa terjajah oleh sistem negerinya sendiri. Dan Kartini ibarat sinar yang mampu menggugah pemikiran wanita-wanita Eropa untuk bangkit menjadi kaum yang mandiri yang tidak hanya takluk oleh kaum pria dan sistem yang melingkupi budaya kewanitaan.
Sedemikian jauh dan cerdas, untuk sekian kalinya JH. Abendanon mengawal profil kehidupan dan pemikiran Kartini —-lihat dalam uraian surat-surat Kartini di buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” (door duisternis tot licht) — tidak mampu mengawal letupan-letupan gugatan Kartini terhadap sistem feodal kratonism dan kolonialism. Dalam rekayasa ini sangat terlihat intrik-intrik hitam pada detik-detik Kartini, ketika ada visi untuk menjatuhkan intlektual Kartini.
Artinya, Kartini di zaman itu bukan hanya di era indonesia dan segala kerajaannya, akan tetapi surat-surat dan artikel via pos. Kalau tidak berlebihan dikatakan, “ di zaman itu 1898 – 1902 Kartini menjadi tokoh dunia. Ia menjadi sentral tokoh-tokoh wanita Eropa di dunia.” Dan bagi kolonial Belanda di Indonesia menghabisi peran intlektual Kartini akan menjadi masalah internsional, karena masalah area kolonial atau penjajahan sangat bersaing ketat dengan Inggris.
Dari sini ada upaya “gerakan bawah tanah” untuk menghabisi RA Kartini. Gerakan itu bisa dirasakan dan mulai terlihat jelas ketika RA kartini hendak sekolah ke Luar Negeri, kemudian cita-citanya sekolah di Bandung, semua tumbang ditengah jalan akibat campur tangan JH Abendanon terhadap bapak Kartini. Demikian juga masalah pernikahan, sangat kental sekali upaya JH Abendanon terhadap bapak Kartini dan sistem keraton Jepara. Akhirnya Kartinipun menikah di usia 25 tahun. Kalau sudah menilah —bagi adat Jawa yang sudah dipelajarai penjajah Belanda —- tentu profil wanita Jawa tidak bisa berbuat banyak lagi.
Ketika memasuki area pernikahan dan hidup di Rembang bersama suami tercinta, rupanya sang suami sangat mendukung visi, misi, dan tujuan Kartini tentang Pendidikan, menulis buku —bahkan Kartini sudah membuat plot buku yang bertema Babat tanah Jawa, — atas dukungan suami tercinta. Buku itu belum selesai ditulis karena meninggal dunia. Juga ada seorang ulama Kyai Sholeh Darat menulis kitab tafsir untuk Kartini agar bagaimana Kartini memahami Islam, Kyai itupun wafat dengan misterius, sebab umat islam sengaja dijauhkan dari keilmuan agamanya sendiri. Dengan kata lain bahwa Kartini, walaupun sudah berstatus istri masih melakukan aktifitas-aktifitas intlektualnya atas bantuan suami dan orang terdekat dari kalangan pribumi.
“Betapa bahagianya Kartini melihat suaminya mendorong agar tetap bersemangat menulis. Suaminya menyampaikan ide agar menulis buku Babad Tanah Jawa. Diharapkan dari tulisan Kartini kelak masyarakat Jawa bisa melihat dengan jelas sejarah perkembangan tanah Jawa.
Dikatakan dalam satu suratnya tanggal 16 Desember.
Suami sangat inginnya melihat saya menulis kitab tentang cerita lama-lama dan babad tanah Jawa. Dia akan mengumpulkannya bagi saya; kami akan bekerja bersama-sama mengarang kitab itu. Senangnya hati mengenangkan yang demikian itu !
Masih banyak lagi hal yang hendak diperbuatnya bersama-sama dengan saya; di atas meja tulis saya telah ada beberapa karangan bekas tangannya. (Armijn Pane 1968, 238)
Hidup di Rembang sebagai permaisuri sekaligus wanita karir (sebutlah seperti di zaman modern ini) Kartini sudah mencapainya dengan baik sejak era 1900-an. Aspek sejarah manapun terbukti bahwa Kartini sudah membuka pintu yang luas untuk diri dan bangsanya. Menjadi kolomnis untuk majalah Eropa dan menjadi penulis buku bukan hal yang mudah di zaman penjajah. Tingkat kecerdasan masyarakat Jawa secara umum masih banyak yang belum bisa baca tulis. Akan tetapi Kartini gadis keraton dengan gaya pendidikan yang ketat (di keraton) tanpa mengalami kesulitan menulis buku atau membaca buku-buku. Ia memperoleh dukungan luar biasa dari suaminya.”
JH Abendanon dan orang-orang Belanda berpikir keras, bagaimana menghentikan gerakan intlektual Kartini terhadap bangsa melalui pemikiran dan wawasan kebangsaan Indonesia. Muncullah “gerakan bawah tanah” melalui dokter persalinan yang mengurusi persalinan RA. Kartini ketika melahirkan Susalit, dan fenomena itu bisa ditafsir ke seribu makna tentang kematian Kartini. Proses persalinan Susalit tidak ada masalah. Badan sehat, tidak ada keluhan, namun pada minggu selanjutnya ketika DR itu datang, tiba-tiba perutnya sakit dan meninggal dunia.
Ada kutipan yang menarik. Sitiosemandari memberikan gambaran kecurigaan yang wajar.
Tanggal; 13 September 1904 bayinya lahir, laki-laki, kemudian diberi nama Raden Mas Soesalit. Tanggal 17 September, dr. Van Ravesteyn datang lagi untuk memeriksa dan dia tidak mengkhawatirkan keadaan Kartini. Bahkan bersama-sama mereka minum anggur untuk keselamatan ibu dan bayi.
Tidak lama setelah Ravesteyn meninggalkan Kabupaten, Kartini tiba-tiba mengeluh sakit dalam perutnya. Ravesteyn, yang sedang berkunjung ke rumah lain, cepat-cepat datang kembali. Perubahan kesehatan Kartini terjadi begitu mendadak, dengan rasa sakit yang sangat di bagian perut.
Setengah jam kemudian, dokter tidak bisa menolong nyawa pemikir wanita Indonesia yang pertama ini. Pembunuhan ? Racun ? Guna-guna ? Tentang hal ini, Soetijoso Tjondronegoro (Sutiyoso Condronegoro) berpendapat: “Bahwa ibu kartini sesudah melahirkan putranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik Kabupaten. Tetapi desas-desus itu tidak dapat dibuktikan. Dan kami dari pihak keluarga juga tidak mencari-cari ke arah itu, melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sesudah dikehendaki oleh Yang Mahakuasa.” (Imron Rosyadi, 2010)
Ada pernyataan dari teman belanda, Jika hewan saya sakitpun, saya tidak percaya terhadap kompetensi dr. Van Ravesteyn.
Ada intrik yang mendalam, yakni permainan dalam sekam agar tidak terlihat upaya pembunuhan terhadap kartini. Orang berpura-pura berbelasungkawa, sesungguhnya dialah yang membawa pedang tikaman. Orang berteriak maling, sesungguhnya dialah malingnya. Akan tetapi keluarga kerajaan mengambil jalan bijak, dan menurut bahasa elit yang terkenal zaman itu, “Laat de doden met rust” (biarkan yang meninggal jangan diganggu – [Efatino Febriana, 2010]). Dan semuanya dianggap bagian dari perjuangan Kartini yang tertunda.

Sedemikian jauh dan cerdas, untuk sekian kalinya JH. Abendanon mengawal profil kehidupan dan pemikiran Kartini —-lihat dalam uraian surat-surat Kartini di buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” (door duisternis tot licht) — tidak mampu mengawal letupan-letupan gugatan Kartini terhadap sistem feodal kratonism dan kolonialism. Dalam rekayasa ini sangat terlihat intrik-intrik hitam pada detik-detik Kartini, ketika ada visi untuk menjatuhkan intlektual Kartini.
Artinya, Kartini di zaman itu bukan hanya di era indonesia dan segala kerajaannya, akan tetapi surat-surat dan artikel via pos. Kalau tidak berlebihan dikatakan, “ di zaman itu 1898 – 1902 Kartini menjadi tokoh dunia. Ia menjadi sentral tokoh-tokoh wanita Eropa di dunia.” Dan bagi kolonial Belanda di Indonesia menghabisi peran intlektual Kartini akan menjadi masalah internsional, karena masalah area kolonial atau penjajahan sangat bersaing ketat dengan Inggris.
Dari sini ada upaya “gerakan bawah tanah” untuk menghabisi RA Kartini. Gerakan itu bisa dirasakan dan mulai terlihat jelas ketika RA kartini hendak sekolah ke Luar Negeri, kemudian cita-citanya sekolah di Bandung, semua tumbang ditengah jalan akibat campur tangan JH Abendanon terhadap bapak Kartini. Demikian juga masalah pernikahan, sangat kental sekali upaya JH Abendanon terhadap bapak Kartini dan sistem keraton Jepara. Akhirnya Kartinipun menikah di usia 25 tahun. Kalau sudah menilah —bagi adat Jawa yang sudah dipelajarai penjajah Belanda —- tentu profil wanita Jawa tidak bisa berbuat banyak lagi.

Ketika memasuki area pernikahan dan hidup di Rembang bersama suami tercinta, rupanya sang suami sangat mendukung visi, misi, dan tujuan Kartini tentang Pendidikan, menulis buku —bahkan Kartini sudah membuat plot buku yang bertema Babat tanah Jawa, — atas dukungan suami tercinta. Buku itu belum selesai ditulis karena meninggal dunia. Juga ada seorang ulama Kyai Sholeh Darat menulis kitab tafsir untuk Kartini agar bagaimana Kartini memahami Islam, Kyai itupun wafat dengan misterius, sebab umat islam sengaja dijauhkan dari keilmuan agamanya sendiri. Dengan kata lain bahwa Kartini, walaupun sudah berstatus istri masih melakukan aktifitas-aktifitas intlektualnya atas bantuan suami dan orang terdekat dari kalangan pribumi.
“Betapa bahagianya Kartini melihat suaminya mendorong agar tetap bersemangat menulis. Suaminya menyampaikan ide agar menulis buku Babad Tanah Jawa. Diharapkan dari tulisan Kartini kelak masyarakat Jawa bisa melihat dengan jelas sejarah perkembangan tanah Jawa.

Dikatakan dalam satu suratnya tanggal 16 Desember.
Suami sangat inginnya melihat saya menulis kitab tentang cerita lama-lama dan babad tanah Jawa. Dia akan mengumpulkannya bagi saya; kami akan bekerja bersama-sama mengarang kitab itu. Senangnya hati mengenangkan yang demikian itu !
Masih banyak lagi hal yang hendak diperbuatnya bersama-sama dengan saya; di atas meja tulis saya telah ada beberapa karangan bekas tangannya. (Armijn Pane 1968, 238)
Hidup di Rembang sebagai permaisuri sekaligus wanita karir (sebutlah seperti di zaman modern ini) Kartini sudah mencapainya dengan baik sejak era 1900-an. Aspek sejarah manapun terbukti bahwa Kartini sudah membuka pintu yang luas untuk diri dan bangsanya. Menjadi kolomnis untuk majalah Eropa dan menjadi penulis buku bukan hal yang mudah di zaman penjajah. Tingkat kecerdasan masyarakat Jawa secara umum masih banyak yang belum bisa baca tulis. Akan tetapi Kartini gadis keraton dengan gaya pendidikan yang ketat (di keraton) tanpa mengalami kesulitan menulis buku atau membaca buku-buku. Ia memperoleh dukungan luar biasa dari suaminya.”
JH Abendanon dan orang-orang Belanda berpikir keras, bagaimana menghentikan gerakan intlektual Kartini terhadap bangsa melalui pemikiran dan wawasan kebangsaan Indonesia. Muncullah “gerakan bawah tanah” melalui dokter persalinan yang mengurusi persalinan RA. Kartini ketika melahirkan Susalit, dan fenomena itu bisa ditafsir ke seribu makna tentang kematian Kartini. Proses persalinan Susalit tidak ada masalah. Badan sehat, tidak ada keluhan, namun pada minggu selanjutnya ketika DR itu datang, tiba-tiba perutnya sakit dan meninggal dunia.
Ada kutipan yang menarik. Sitiosemandari memberikan gambaran kecurigaan yang wajar.
Tanggal; 13 September 1904 bayinya lahir, laki-laki, kemudian diberi nama Raden Mas Soesalit. Tanggal 17 September, dr. Van Ravesteyn datang lagi untuk memeriksa dan dia tidak mengkhawatirkan keadaan Kartini. Bahkan bersama-sama mereka minum anggur untuk keselamatan ibu dan bayi.
Tidak lama setelah Ravesteyn meninggalkan Kabupaten, Kartini tiba-tiba mengeluh sakit dalam perutnya. Ravesteyn, yang sedang berkunjung ke rumah lain, cepat-cepat datang kembali. Perubahan kesehatan Kartini terjadi begitu mendadak, dengan rasa sakit yang sangat di bagian perut.
Setengah jam kemudian, dokter tidak bisa menolong nyawa pemikir wanita Indonesia yang pertama ini. Pembunuhan ? Racun ? Guna-guna ? Tentang hal ini, Soetijoso Tjondronegoro (Sutiyoso Condronegoro) berpendapat: “Bahwa ibu kartini sesudah melahirkan putranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik Kabupaten. Tetapi desas-desus itu tidak dapat dibuktikan. Dan kami dari pihak keluarga juga tidak mencari-cari ke arah itu, melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sesudah dikehendaki oleh Yang Mahakuasa.” (Imron Rosyadi, 2010)

Ada pernyataan dari teman belanda, Jika hewan saya sakitpun, saya tidak percaya terhadap kompetensi dr. Van Ravesteyn.
Ada intrik yang mendalam, yakni permainan dalam sekam agar tidak terlihat upaya pembunuhan terhadap kartini. Orang berpura-pura berbelasungkawa, sesungguhnya dialah yang membawa pedang tikaman. Orang berteriak maling, sesungguhnya dialah malingnya. Akan tetapi keluarga kerajaan mengambil jalan bijak, dan menurut bahasa elit yang terkenal zaman itu, “Laat de doden met rust” (biarkan yang meninggal jangan diganggu – [Efatino Febriana, 2010]). Dan semuanya dianggap bagian dari perjuangan Kartini yang tertunda.
Tentang “intrik-intrik” sudah ada di zaman dulu hingga zaman sekarang. Manusia yang dianggap penting dan berkedudukan tinggi jika memperoleh target pembunuhan atau pemandulan peran karena pertimbangan tertentu, pasti dilakukan dengan hati-hati, karena dampak dari pembunuhan dan pemandulan itu akan diketahui publik dan berdampak pada eksistensi sosial yang tinggi juga, yang taruhannya akan terkena pada pembuat intrik tadi. Jadi selalu ada alasan lain sebagai “kambing hitam politik” sebagai korban untuk mengamankan zona yang lebih luas dan panjang. Termasuk RA. Kartini versus Belanda, ada zona yang lebih luas dan panjang jika Kartini dibiarkan hidup di era zaman belanda.
Jadi R.A. Kartini bukan pahlawan yang sengaja di-usung bangsa Belanda melalui politik etis, dan mengalahkan Cut Nyak Dien, Sartika, dll yang tidak di”hari raya”kan sementara Kartini kenapa dijadikan momen 21 April sebagai Hari Kartini, dan tidak ada hari besar Cut Nyak Dien atau lainnya. Hari Besar itupun dihapus dengan alasan Kartini adalah pahlawan bawaan Belanda. Padahal Kartini adalah korban politik etis bangsa belanda secara terselubung, hanya kita yang buta, kenapa tidak mengetahui ada mutiara yang berserakan di tanah air sendiri dengan bicara yang tegas. Kita masih ada budaya menyalahkan kelompok lain bidang sosial, politik, atau keagamaan, yakni melalui pemikiran perbandingan intlektual pembenaran diri sendiri, dan menganggap lainnya salah yang tidak koheren dengan kita. Dan Kartini salah satu korban pahlawan di zaman dulu dan korban malpraktek pemikiran di zaman kekinian.

Jadi R.A. Kartini bukan pahlawan yang sengaja di-usung bangsa Belanda melalui politik etis, dan mengalahkan Cut Nyak Dien, Sartika, dll yang tidak di”hari raya”kan sementara Kartini kenapa dijadikan momen 21 April sebagai Hari Kartini, dan tidak ada hari besar Cut Nyak Dien atau lainnya. Hari Besar itupun dihapus dengan alasan Kartini adalah pahlawan bawaan Belanda. Padahal Kartini adalah korban politik etis bangsa belanda secara terselubung, hanya kita yang buta, kenapa tidak mengetahui ada mutiara yang berserakan di tanah air sendiri dengan bicara yang tegas. Kita masih ada budaya menyalahkan kelompok lain bidang sosial, politik, atau keagamaan, yakni melalui pemikiran perbandingan intlektual pembenaran diri sendiri, dan menganggap lainnya salah yang tidak koheren dengan kita. Dan Kartini salah satu korban pahlawan di zaman dulu dan korban malpraktek pemikiran di zaman kekinian.
Minggu, 23 Desember 2012
Jepara-Indonesia: ECONOMY
Jepara-Indonesia: ECONOMY: Pasir Besi Iron sand mining in Jepara regent ! also an establish economy of wooden furniture Cluster. see it at 2007. - Atlas of wooden furniture industry in Jepa..
Jepara-Indonesia: LAW-RULES
Jepara-Indonesia: LAW-RULES: What's Up in Law Enforcement and Rule of Law in Jepara? Baca: Jepara Pemkab abaikan UU 26 & 27 th 2007 bangunan di GSP dan pakai Batu Karang (Coral sea) untuk bangunan hotel di Karimun Jawa-Taman laut Nasional?
Minggu, 15 Juli 2012
Pem Kab Jepara abaikan UU GSP dan perlindungan Batu karang
Jepara Pemkab abaikan UU 26 & 27 th 2007 bangunan di GSP dan pakai Batu Karang P. Karimun
Pem Kab Jepara dinas yantap BPMPPT menerbitkan suatu ijin untuk PT Nirwarna Laut (PMA) untuk usaha hotel di Karimun Jawa dengan memberi toleransi atas 2 Hal yang melanggar UU. yaitu bangunan di zona garis sempadan pantai (GSP), yang hanya berjarak 5 hingga 10m dari air laut. Seharusnya menurut aturan Undang Undang 100m dari pasang tertinggi, tidak boleh ada bangunan apapun. Kemudian bangunan menggunakan Batu Karang di dinding kamar, yang sebenarnya adalah suatu larangan, apalagi dekat di kawasan PA Taman laut Nasional. (Foto bukti terlampir).
Baca selengkapnya di laman Law & Rule
Minggu, 01 April 2012
BEJAD MORAL KETUA DPRD JEPARA
Yuli Nugroho ketua DPRD Jepara diberitakan memperkosa pembantu rumah tangga
Erfina diperkosa DPRD Jepara |
Kini telah lahir anak dari buah perkosaan tsb, kejadian ini menimpanya sekitar 2 tahun lalu, konon pihak kerabatnya telah berupaya menuntut tanggung-jawab Yuli, bahkan pernah akan digugat hukum melalui Polres namun ini kandas. Alasannya terbentur Hak Imun kekebalan Hukum DPRD. Begitu pula liputan media wartawan Jawa-Pos dan Metro TV, tak ada kabar rimbanya.
![]() |
Anak gelap Yuli N, DRPD Jepara |
Uluran tangan dari Komnas HAM Perlindungan Anak dan Wanita beserta Ormas dan LSM Peelindungan Anak dan Wanita Jepara dan se Indonesia, sangatlah diharapkan untuk membantu perkara ini, baik investigasi, TPF, pembiayaan dan pengurusan Tes DNA hingga ke rana Hukum dan Rasa Keadilan, setidaknya rasa Pri-Kemanusiaan yang beradab.
Label:
DPRD-Jepara,
Government,
HAM,
Hukum,
wali-rakyat
Senin, 05 September 2011
Rerasan geger Korupsi Indonesia
Ki Sarip :
Geger Korupsi ning Indonesia :
Saiki, Okeh berita geger korupsi dadi tontonan lan omongan wong cilik. Acarane TV akeh sing mbahas korupsi, lakone lan kasak kusuk-e. Wong pinter lan poro pakar lan petinggi negoro ditanggap, supoyo ngerameake pamiarso lan sponsore. Mremo dadike duwit mergo tontonan bakal rame.
Poro bolowadyo Angkoro murko Koruptor Indonesia?
Yo kui, cetho welo welo: Oknum pribadi pribadi sing
.
Wong pinter kakeyan ngomomg, wong abdi-negoro nora teges:
Poro kawulo rakyat podo gumun, pejabat lan lembaga semono okeh kui sing digaji karo
duwit negoro, .................
Gagasan wong cilik brantas korupsi: Sing gampang ora usah di ngel ngel !
Mengkene runtune gagasan wong cilik parasojo: Dasa Wacana
1. Sarang koruptor: ........................
Lelang dihapus, ora perlu diacarake ajang bisnis. !!!
1. Sumbere ajang korupsi kui yo lelang reko rekoyoso kui. Mulo .................
Yen di atur mengkene, bakale: MANFAAT
1. Masyarakat luweh paham .......................
sing didadike tumbale poro pejabat nganggo ritual "bancak'an tumpengan korupsi berjamaah."
Lha wong perkoro nyoto mengkene di jadike ruwet tur kahkeyan aturan sing malah bias nyamarke
ke publik. Yo kui akal akale wong pinter nyamarke bejad lan bobroke poro oknum pejabat dhewe.
Khususon poro wali rakyat sing kianat-amanah rakyat. Yo kui walimu dhewe seko partaimu dhewe.
Inti ne, Korupsi dadi sengsoyo parah karono kianate walimu dhewe. Ora memperjuangke rakyat,
nanging kantonge dhewe lan nggolek pulihan kulak-an ne nyalon DPR kuwi. dol tinuku suoro.
Lengkape ning halaman: GOV http://jepara-java.blogspot.com/p/government.html _______
Ngendikane kadang tuwo : Lamun tangeh yen siro iso lakoni. ?
Geger Korupsi ning Indonesia :
Saiki, Okeh berita geger korupsi dadi tontonan lan omongan wong cilik. Acarane TV akeh sing mbahas korupsi, lakone lan kasak kusuk-e. Wong pinter lan poro pakar lan petinggi negoro ditanggap, supoyo ngerameake pamiarso lan sponsore. Mremo dadike duwit mergo tontonan bakal rame.
Poro bolowadyo Angkoro murko Koruptor Indonesia?
Yo kui, cetho welo welo: Oknum pribadi pribadi sing
.
Wong pinter kakeyan ngomomg, wong abdi-negoro nora teges:
Poro kawulo rakyat podo gumun, pejabat lan lembaga semono okeh kui sing digaji karo
duwit negoro, .................
Gagasan wong cilik brantas korupsi: Sing gampang ora usah di ngel ngel !
Mengkene runtune gagasan wong cilik parasojo: Dasa Wacana
1. Sarang koruptor: ........................
Lelang dihapus, ora perlu diacarake ajang bisnis. !!!
1. Sumbere ajang korupsi kui yo lelang reko rekoyoso kui. Mulo .................
Yen di atur mengkene, bakale: MANFAAT
1. Masyarakat luweh paham .......................
sing didadike tumbale poro pejabat nganggo ritual "bancak'an tumpengan korupsi berjamaah."
Lha wong perkoro nyoto mengkene di jadike ruwet tur kahkeyan aturan sing malah bias nyamarke
ke publik. Yo kui akal akale wong pinter nyamarke bejad lan bobroke poro oknum pejabat dhewe.
Khususon poro wali rakyat sing kianat-amanah rakyat. Yo kui walimu dhewe seko partaimu dhewe.
Inti ne, Korupsi dadi sengsoyo parah karono kianate walimu dhewe. Ora memperjuangke rakyat,
nanging kantonge dhewe lan nggolek pulihan kulak-an ne nyalon DPR kuwi. dol tinuku suoro.
Lengkape ning halaman: GOV http://jepara-java.blogspot.com/p/government.html _______
Ngendikane kadang tuwo : Lamun tangeh yen siro iso lakoni. ?
Langganan:
Postingan (Atom)